Intan : "Mama... gigiku belum dicabut sama bu dokter!"
Papa : "Dia nangis, Ma! Baru dikasih yang dingin-dingin udah nangis kejer. trus dokternya bilang ya jangan dipaksa takutnya trauma."
Disclaimer : Tulisan ini sudah saya share di blog www.intaniakirana.com, tetapi karena tidak memperpanjang domain jadilah kembali ke domain gratis. Akhirnya saya dan papa sepakat untuk menambahkan label "Intania" di blog ini.
Dua Hari Belajar Naik Sepeda ~ Berawal dari permintaan Intan di suatu sore. Ketika papa belum pulang les dan mama harus beberes rumah sepulang dari sekolah. Intan mau belajar naik sepeda dengan melepas dua roda kecil ya g selama ini membantu keseimbangan dia.
Ada Peran Kita untuk Mencegah Perkawinan Usia Anak
By Chela Ribut Firmawati - December 13, 2019
Agustus lalu saya mendapati sebuah undangan yang biasa diletakkan di teras rumah. Undangan pernikahan yang terlihat sangat sederhana. Saya buka dan tertulis sebuah nama yang sangat tidak asing ketika membacanya. Lantas saya mengingat, saya samarkan saja namanya menjadi Mawar dengan alamat di Desa Ngembak. Tak berselang lama ingatlah saya dengan nama dan sekilas wajahnya diingatan.
"Pernah ngajar kelas 3 to,pah? Menurut papa, karakter anak-anak kelas 3 tuh piye?" Tanyaku yang kala itu kami sedang asyiknsantap malam di kedai nasi goreng Lek Sastro.
"Ya gitu deh..." Jawabnya singkat tanpa menoleh dari piringnya.
Selamat ulang
tahun Valen. Hari itu, senin 1 februari 2016. Hari dimana dimulainya bulan penuh cinta. Kata
orang sih begitu, tapi buat saya setiap hari di bulan apapun ya harus dipenuhi
dengan cinta deh. Cie gitu.
Apa sih yang kita cari ketika mengikuti sebuah
perlombaan? Klise kalau dijawab mau cari pengalaman. Pastinya kalau ikut lomba
pengennya menang,kan? Saya juga gitu soalnya. Kalau kalah pasti ada perasaan
kecewa di hati, tapi harus disadari bahwa mengikuti lomba memang ada yang
menang dan kalah. Kalau grogi itu pasti, saya aja suka grogi kalau lihat
saingannya. Nah apalagi murid, mewakili sekolah di ajang lomba olimpiade Sains
Nasional. Selain untuk menunjukan sejauh mana pemahaman mereka dalam mapel IPA
dan matematika, juga sebagai ajang pertaruhan kerja keras guru. Bisa
dibayangkan gimana pusingnya dalam pendampingan sebelum lomba.
Sudah lelah
dibilang guru dengan murid pasif bikin saya semakin terpacu untuk lebih
semangat lagi. Seperti postingan saya sebelumnya ketika mereka dibilang anak
pasif bikin saya baper dan mikir sampai pada akhirnya saya dengan persiapan
sederhana aja sih bikin pembelajaran yang asyik. Asyik menurut saya lho ya. Di
pertemuan sebelumnya saya sudah membagi anak-anak menjadi enam kelompok dengan
masing-masing pentolan anak yang masuk kategori pandai.
Mengajar di
kelas empat itu sensasinya ada aja. Apalagi diawal semester satu kemarin kami
sedang masa adaptasi. Karena sekolah kami di regruping maka dari itu semuanya
harus mutasi dan tentunya ada pemerataan dalam pembagian jumlah siswa per
kelas. Jika digabung dan satu rombel melebihi empat puluh anak, maka secara
otomatis dibuat kelas paralel. Begitupun kelas empat B yang saya ampu sekarang
ada dua puluh dua anak dan masuk dalam kategori campur-campur.
Sebelum
penerimaan rapor semester satu kemarin, bu kepala sekolah menyampaikan
keinginan untuk membuat sekolah kami jadi asri dengan beraneka macam tanaman di
taman. Atau lebih kecenya green school gitu deh. Nah dalam mewujudkan misi yang
sekarang ini sudah mulai dilaksanakan, setelah pembagian rapor kemarin
anak-anak gak langsung pulang. Mereka kerja bakti dulu dan menunggu pembagian polybag gratis dari sekolah.
berbagi tugas |
Jadi ceritanya
bu guru lagi kena disminore, makanya agak lemes dan gak semangat. Daripada
semakin gak jelas ngajarnya makanya pembelajaran saya alihkan ke yang lain.
Tujuannya sih biar guru sama murid sama-sama gak jenuh aja di dalam kelas.
Meskipun keriuhan kami tadi siang itu bikin kelas lain agak terganggu. Hahaha..
maafkan kami pasukan kelas 4B yak..
kiddos |
Arinta, Galih, Bu Guru |
Beruntungnya ngajar anak desa itu adalah saya bisa melihat kebahagiaan mereka yang natural. Bermain di luar ruangan, berteman dengan matahari, kejar-kejaran habis itu aroma keringat yang khas memenuhi ruangan kelas, bahkan teriakan-teriakan heboh yang bikin gempar. Rasanya kehidupan mereka yang paling susah itu adalah hafalan perkalian. Bahkan dengan lancarnya mereka bercerita serunya main di lumpur, mandi di sungai yang airnya dipakai buat irigasi sawah, bahkan berlari mengejar ular yang kebetulan lewat di halaman sekolah mereka aja berani.
Akhirnya!!!! Liburan udah di depan mata. Kesibukan akhir semester udah saya lewati. Mulai dari persiapan anak-anak buat ujian akhir semester, ngawasi ujian, koreksi, remidial, dan rekap nilai. Gak sampai situ aja sih musti nulis rapor dengan angka-angka yang udah selesai direkap selama tiga hari kemaren. Warbyasak lah lembur karen memang buat ngerjain nilai juga butuh konsentrasi penuh. Ciye...
Bener sih kalau ada
istilah jujur itu mahal. Soalnya saya sendiri mengalami dimana saya kecolongan
dengan murid saya. Jadi ceritanya mid semester kemarin saya masih cuti,
anak-anak dalam pengawasan guru lain. Begitu masuk kerja saya mendapat laporan
kalau si anak A pas mid semester dapat kunci jawaban. Karena saya sama sekali
belum tahu kronologinya cukup saya menampung laporan dari guru tersebut.
Masih dalam suasana cuti nih,
ternyata anak-anakku baru mid semester ganjil. Keasyikan sama Intania jadi saya
benar-benar mengabaikan urusan sekolah. Hahaha.. jangan ditiru deh bu guru yang
satu ini. Kebetulan kemarin salah seorang orang tua murid datang ke rumah saya.
Seperti biasa menanyakan soal-soal latihan ke saya, kebetulan juga anaknya
memang les privat di rumah. Karena saya tidak ada persiapan jadilah si ibu
pulang dengan tangan kosong.
Sabtu pagi
setelah mendengarkan drama persalinan normal pasien sebelah (saya bermalam
diruang persalinan lengkap dengan alat CTG di perut) tiba-tiba dokter Anita
menghapiri saya. "Gimana kabarnya? Udah balik normal lagi kan denyut
jantun bayinya. Puasa ya nanti jam 8 pagi kita persiapan operasi. Ini saya tak
pulang dulu mandi dulu", mungkin beliau paham dengan wajah tegang saya.
Sebelum meninggalkan saya dan papa beliau berpesan "gak usah takut,
dijalani saja." Duh....
Agustus belum
berakhir sebenarnya, tapi euforia 17an alias pitulasan masih aja terasa.
Meskipun kemarin tanggal 19 dan 20 Agustus kota Purwodadi dihebohkan dengan
pawai atau karnaval mulai dari jenjang paud sampai instansi daerah. Semua
penonton tumplek blek dan gak mau ketinggalan perhelatan setahun sekali itu.
Begitupun saya, perut gedhe tapi tetep aja duduk manis menyaksikan pawai.
pic from google |
Serba-serbi ramadhan sepertinya memang banyak banget ya. Mulai
dari sahur, buka puasa, takjil, solat taraweh, tadarus, sampai petasan pun
biasanya mewarnai suasana ramadhan. Kalau kegiatan sekolah sih biasanya ada tuh
yang namanya pesantren kilat. Bahkan kadang ada juga tuh momen buka bersama,
tapi kalau di sekolahku untuk buka bersama belom pernah terlaksana.