Edited by Chela. Powered by Blogger.

DSLR

Kemarin ketika perpisahan, Daniel menyempatkan untuk mendokumentasikan acara perpisahan PPL. Dan ternyata dia membawa sebuah kamera yang selama ini cukup menjadai incaran saya. DSLR bermerk Sonny dan kurang begitu tahu bertipe berapa. Penasaran dan sayapun mencoba untuk beberapa kali take picture with the camera big grin.

Just share aja beberapa hasil jepretannya, ini dia Yahoo


Ini jepretan saya...kurang bagus sih :D


tanda tangan di perut vio :D


bima, Daniel, Deni, farizi, dan teman-teman kelas 6



Hari Ibu

Saya memang anak yang belum berbakti kepada orangtua, terutama dengan ibu.
Saya memang bandel, tapi beliau dengan penuh kesabaran untuk menghadapi kebandelan saya.

Saya memang keras dan kaku, tapi dengan kelembutan beliau kekakuan dan kerasnya saya bisa terkendalikan. Tanpa beliau pun saya tak mungkin ada di dunia ini.
Beliau hebat, Wonderwoman buat saya.
Tak ada yan bisa mewakilkan kasih sayangnya.
Aku sayang ibu,

SELAMAT HARI IBU

K A N G E N

Kangen, mungkin bagi sebagian orang pernah merasakan kangen. Rasa yang sangat wajar ketika lama sekali tidak berjumpa dengan orang yang kita sayangi, teman dekat, bahkan kekasih. Lalu bagaimana rasa kengn itu bisa terobati? Banyak orang mengatakan obat angen adalah ketemu orangnya langsung. Benar atau tidak semua bergantung pada penilaian diri masing-masing. Dan bagaimana rasanya kita dikangenin sama orang lain?

Ketika kita dirindukan atau dikangenin oleh orang lain pasti kita merasa bahwa kehadiran kita ternyata memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain sehingga orang lain menantikan kehadiran kita lagi. Atau bahkan mereka merasa kita adalah orang yang cukup penting dihati orang lain. Hal serupa saya alami ketika saya untuk kedua kalinya berkunjung ke sekolah setelah perpisahan PPL kemarin.

Baru memasuki gerbang sekolah anak-anak masih menghafali saya, mereka berlari menyusul saya dan berebutan untuk bersalaman sambil berteriak-teriak memanggil nama saya. Bahkan ada beberapa murid saya yang langsung memeluk saya sambil berkata “bu chela, saya kangen”. Wow!!! Awesome. Mereka merindukan saya, dan langsung mereka meminta saya untuk kembali mengajar di SD tersebut. (sebenarnya saya tidak menolak jika pak kepala sekolah meminta saya untuk bekerja di sd tempat saya PPL. He..he..he). Saya berkunjung ke SD ketika jam istirahat, jadi semua siswa sedang asyik bermain di lapangan dan langsung saya dikerubuti oleh murid-murid sambil mereka sesekali “mengadu” hal-hal kecil kepada saya. Ah memamng dunia anak itu sangat menyenangkan.

Niat saya ke sekolah adalah bertemu dengan kepala sekolah, namun hasilnya pak kepala sekolah sedang pergi. Keluar dari kantor kepala sekolah, saya melewati ruang kelas 4B. Saya kaget manakala siswa siswi kelas 4B langsung berhamburan keluar kelas dan salah seorang siswa yang bernama Chia memeluk saya dan bilang “bu, kangen banget sama bu Chela. Disini saja to bu, ngajar kita lagi”. Haduh, pernyataan yang cukup membuat saya terharu. Namun saya senang itu artiya anak-anak mencintai saya. Seorang guru praktek yang kemarin selama 3 bulan membimbing mereka.

Apakah saya tidak merindukan mereka? Sebenarnya saya rindu a.k.a kangen dengan mereka. Cara saya mengatasi rasa kangen itu ya sesekali melihat foto-foto mereka di laptop, memandang bingkisan-bingkisan kecil dari mereka, terkadang sesekali anak-anak sms saya dan sms itu bertuliskan “bu chela baru apa?kangen sama bu chela, besok ke SD lagi ya bu”. Hemm… indahnya bisa memasuki dunia mereka, senangnya mereka merindukan saya.

Sahabat blogger apakah merindukan saya juga??? He..he..he…

Guru kecil menangis

Guru kecil menangis, bersama dengan siswa SD Sidorejo Lor 1 Salatiga. Pagi itu 3 Desember 2010 adalah waktu dimana kegiatan PPL berakhir. Itu berarti saya harus meninggalkan anak didik saya yang selama 3 bulan ini saya bimbing. Sedih itu pasti, tapi karena keharusan jadi saya harus rela untuk meninggalkan mereka. Bukan berarti persahabatan saya dengan anak-anak berhenti sampai sini saja.

Dan kepergian kami diiringi dengan tangis mereka. Tangisan yang sangat tulus dan mereka tujukan untuk bapak ibu guru PPL. Disela isak tangisnya, bungkusan kecil mereka berikan kepada saya dan teman-teman "ini buat ibu guru". Pelukan mereka rangkulkan untuk saya dan isakan mereka masih tetap untuk ibu dan bapak guru PPL.



Kenangan dan pengalaman yang sangat indah. Saya tak menyesal menjalani PPL ini. Justru saya merasa sangat senang. Ingin rasanya segera menyelesaikan study dan kembali menemui mereka. Untuk membimbing mereka, menjadi seorang teman, ibu. Sampai saat ini saya sedih ketika mengingat kenangan saya bersama mereka.

Secarik puisi terindah Ayu berikan untuk bapak ibu guru PPL tercinta



Melangkah bersama untuk menjadikan pendidikan Indonesia menjadi yang lebih baik

hurry up!