Ibuku tidak
tamat SD, tetapi beliau adalah sosok yang sangat luar biasa bagi saya. Mungkin
untuk menyadari bahwa beliau adalah sosok yang luar biasa sangatlah terlambat,
karena memang ada jarak antara saya dengan ibu. Bahkan yang menyadarkan saya
bahwa ibu itu segalanya adalah ruang yang menyeramkan yang bernama ICU. Ah ya,
aku tak ingin ibu berada di tempat itu lagi.
Dengan kesederhanaan
yang dimiliki, beliau mendidik dengan caranya yang keras dan disiplin bersama
bapak. Bagiku sosok ibu sangat galak, tidak mau menuruti apa yang saya mau dan
kolot. Tetapi didikan ibu memang terasa ketika saya sudah beranjak dewasa dan
secara otomatis saya memaklumi mengapa ibu bersikap seperti itu.
Suatu hari
sepulang sekolah, ibu mengayuh sepeda dibawah teriknya matahari. Berbagi boncengan
dengan saya yang kala itu masih
mengenakan seragam taman kanak-kanak. Sepanjang perjalanan ibu mengajari saya
bernyanyi dan berhitung, mungkin agar saya tidak merasakan panasnya matahari
dan panasnya pantat karena lama berboncengan. Rutinitas itu dikerjakan ibu
setiap hari selama saya sekolah TK, jarak yang cukup jauh tidak menyurutkan
semangatnya untuk menyekolahkan dan mengantar jemput saya. Bagi ibu, pendidikan
adalah hal yang sangat penting. “Ibu nggak
lulus SD, tapi anak-anak ibu harus bisa sekolah setinggi-tingginya”
begitulah prinsip yang beliau pegang. Alhamdulillah
dengan segala ikhtiar dan prihatin bersama bapak, jenjang demi jenjang
pendidikan bisa saya dan mbak selesaikan. Sering ibu bercerita bahwa jika
perempuan itu pintar maka nantinya akan bisa mandiri tanpa harus menggantungkan
orang lain termasuk suami, bahkan jika memiliki pendidikan yang tinggi
perempuan tidak akan diremehkan laki-laki. “Biar saja ibu yang bodoh nggak
sekolah, tapi ibu harap anak-anak ibu bisa jadi orang yang pintar” begitu pesan
beliau sampai sekarang. Dari ini aku belajar bahwa beliau ingin anaknya kelak
menjadi orang yang sukses dengan bersekolah.
Cerita lain,
dikala saya duduk di bangku SMA dan menikmati indahnya masa putih abu-abu. Masa
dimana gejolak kawula muda sangat menggebu-gebu. Bagiku masa SMA tak seindah
anak-anak yang lain, mereka bisa merasakan pergi bersama teman-temannya sampai
malam, merasakan enaknya jatuh cinta dengan teman sekelas atau kakak kelas atau
bahkan adik kelas, atau bahkan menikmati malam minggu dengan berkumpul-kumpul.
Ibu adalah satpam yang paling menyeramkan, beliau disiplin dalam menerapkan
peraturan jam belajar dan jam malam dirumah. Bahkan sampai tamu laki-laki pun
dia sangatlah membatasi atau bahkan tidak ada yang berani datang kerumah. Karena
bagi ibu, belum saatnya aku menerima tamu laki-laki dan bahkan merasakan yang namanya
pacaran. Ketakutan ibu saat itu adalah karena pergaulan waktu itu cukup rentan
dengan kenakalan remaja, ibu takut jika sekolah saya tidak lulus karena kenakalan
remaja yang disebut hamil diluar nikah. Ah… sering sekali konflik dengan ibu
dan merasa “kenapa ibu tidak pernah percaya denganku?”. Sama halnya dengan yang
diterapkan dalam mendidik mbak kala itu, saat aku curhat dengan mbak dia hanya
bilang “ibu memang begitu, nurut saja sebenarnya ibu sayang dan ingin menjaga
anak-anaknya agar tidak salah dalam pergaulan”. Ya, setelah dewasa sayapun
sadar bahwa anak perempuan itu memang butuh proteksi yang luar biasa tentu
dibarengi dengan kepercayaan.
Kisah lain
adalah ketika ibu sedang bertengkar dengan bapak. Jika dipikir-pikir biang keroknya saya. Pagi itu, masih terlalu pagi menurut saya. Ibu
menggedor-gedor pintu kamarku, karena masih ngantuk sayapun malas-malasan untuk
membuka. Begitu pintu kamar terbuka sebuah tamparan mendapat dipipi saya. Nangis
seketika itu! Dan ibu memperlihatkan sebuah kertas yang malam itu seingat saya tertulis
ungkapan kekesalan saya dengan ibu dan bapak. Mungkin karena saya merasa kurang
diperhatikan, kurang disayang, dan saat itu meminta sesuatu namun cara saya
salah. Merasa tidak terima saya ditampar bapak langsung memarahi ibu dan
akhirnya adu mulut terjadi, saya hanya diam sambil menangis. Perkataan ibu yang
saya ingat adalah “aku nggak mau punya anak
manja yang apa-apa harus selalu dituruti! Kelak dia jadi orang tua dan hidup
mandiri, jadi dia harus belajar menghargai orang tuanya”. Pertengkaran pagi
itu, sampai sekarang masih sering terlintas diingatan dan jujur saya menyesal
karena keegoisan saya telah melukai ibu kala itu. Jujur tamparan itu bikin
kapok!
Ibu mengajari
saya dengan jutaan teladan yang tidak bisa saya ceritakan semuanya. Ya, dibalik
kerasnya ibu beliau selalu ingin mengajarkan dan memberikan yang terbaik
sebagai bekal dikehidupan nanti. Ada satu pesan yang sering beliau katakan kepada
saya “jika ibu nggak ada nanti, ibu minta
sama mbak yang akur karena bagaimanapun juga mbak nantinya yang akan menjadi
seperti ibu untuk kamu”. Dan saya nangis bombai mengetik ini semua, betapa
nakalnya saya merasa tidak terima dengan cara mendidik ibu.
Hatinya selembut
kapas namun ditutupi dengan sikap keras dan displin, hatinya penuh dengan
lautan maaf terhadap semua kenakalanku, sempat hatinya penuh curiga dengan
teman lelakiku yang membuatku enggan belajar, bahkan hatinya penuh dengan
keikhlasan hidup sederhana demi kesuksesan pendidikan anak. Seperti yang saya katakan
diawal, saya terlambat menyadari bahwa ibu adalah segala-galanya. Mungkin jika
ibu tidak berada diruang ICU itu aku masih mengedepankan egoku demi kesenangan
saya. Pelukannya sepulang dari tanah suci, dan bau tubuhnya yang penuh balsem kala
itu menyadarkan saya bahwa tanpa ibu dan bahkan bapak saya tidak akan menjadi
seperti saat ini. Bekal ibu untuk saya nanti sudah terlalu banyak atau bahkan
kurang, namun saya yakin ibu sudah memberi yang ter ter terbaik. Ya, seluas
samudra pun mungkin tidak akan bisa mewakili hati ibuku, karena ibuku luar
biasa! Terima kasih bu untuk semua kasih sayangmu selama ini, terimakasih juga
kau pilihkan calon suami untukku.
Dia sebagai partner kerjaku ^_^ |
Tak ada yang bisa aku ungkapkan untuk sosok lelaki ini. Sikap disiplin dan keras kepalanya terkalahkan dengan kelembutan hatinya. Tak pernah banyak kata yang beliau ucapkan, dengan segenap kemampuannya beliau memerankan sosok Bapak dengan sangat baik. Menjadikan sosoknya patut untuk dicontoh dan tidak dipungkiri selama ini beliaulah role model ku.
Ah bapak, seberapa keras kepala dan galaknya bapak aku tetap menyayangimu. Matursuwun bapak, atur bekti kula marang Bapak.
laptopnya beramai-ramai |
Haluu…Pastinya udah nunggu –nunggu kan siapa pemenang TFP ronde 50
ini. Sebelumnya saya terimakasih banget atas partisipasi teman-teman dalam
meramaikan TFP dengan tema kemarau. Sumpah lihat postingan foto teman-teman
rasanya bingung juga milih siapa yang akan melanjutkan ke ronde berikutnya. Semua
foto bagus dan memiliki keindahan masing-masing. Tapi yang namanya hidup banyak
pilihan, jadi ya memang harus memilih.hahaha. dan pilihannya harus satu.
Yuhu...
Kali ini postingan masih seputar TFP ronde 50 ya.. masih dalam suasana kemarau. Pastinya teman-teman punya cara sendiri bagaimana menikmati kemarau kali ini. Mau mengeluh panas-panasan, ngendon dikamar dan menikmati sejuknya AC, atau bercengkrama dengan yang terkasih di bawah pohon sambil nyrutup es degan. Duh...ada cara menikmati kebahagiaan sekalipun kemarau mendera. Ceileee......
Nah, saya bahagia banget nih beberapa teman blogger syudah menyetorkan jepretannya ke saya. Kalian yang belom saya masih setia menunggu kok sampai tanggal 16 ktober 2014. Buruan atuh,,,,, jangan sampe kelewatan TFP ronde 50. Hahaha...
Sebelum ngedisplay karya teman-teman, tengok dulu jepretan yang membuat saya jatuh cinta di kemarau ini...
Dandelion... |
Aloha!!!!
Terkejut tiada kira mana kala "ketiban sampur" buat nerusin Turnamen Foto Perjalanan. Berkat tusuk konde warisan mbah putri dan jepretan ala kadarnya, ternyata berhasil memikat hati si gadis cantik yang lagi jatuh cinta ini Silviana Apple. Itu artinya, TFP nggak boleh berhenti kan yah, maafkeun jikalau agak lama, maklum mencari tema yang agak-agak gimana gitu cukup susah juga jeh. Atau cuma alasan aja karena saya malas *kemudian dikeplak* hahahaha.
Aku teringat tentang cerita guru SDku
sewaktu duduk di kelas dua dulu. Bahwa jaman dulu sering ada kegiatan
bersama-sama di desanya untuk membersihkan lingkungan yang biasa disebut gugur gunung. Selain itu ada juga acara “sambatan” dimana para bapak bahu -membahu
mendirikan rumah warga. Bisa dikatakan itu adalah tradisi yang sampai saat ini
mungkin masih berlaku. Kalau di desaku masih ada tapi entah kalau di desa lain.
Yang tersisa dari mbah putri, sebuah tusuk konde untuk mempercantik tatanan gelungan rambut putihnya. Kepada ibu, beliau wariskan yang sampai saat ini tersimpan rapi di laci meja rias ibu. Kebayang betapa cantiknya simbah ketika rambutnya berhias tusuk konde "Doea Negara".
Belom pernah naik pesawat itu rasanya…
kayak orang paling ndeso sedunia. Ah biarin ajah, memang aku itu takut ketinggian
apalagi kalau naik burung besi. Duh.. gak bisa kebayang kan gimana rasanya. Tapi penasaran juga sih. Apalagi
kalau naik pesawat rasanya Semarang-Jakarta cuma berasa sekedipan mata. Apalagi
sekarang banyak juga kantiket promo pesawat. Aih…bu guru katrok. hahaha..
mereka |
Nak,
Malam 17an lalu mungkin di tempat
kalian digelar acara tirakatan. Ya, tirakatan menyambut HUT RI yang ke 69. Dari
rumah, ibu cukup mendengarkan lantunan sambutan dan doa setelah itu berlanjut
dengan dendangan lagu-lagu dangdut. Ramai, ramai sekali. Kembang api mengudara
dari sisi timur rumah ibu. Ah.. mereka gegap gempita menyambut esok hari dimana
Indonesia akan berumur 69 tahun kemerdekaannya.
Kalau di dapur ada benda yang cukup besar dan teronggok di
sudut ruangan. Dari kecil sampe gedhe ini benda itu masih ada. Kalau aku nanya
ke ibu, beliau jawab “itu warisan dari mbahmu..ibune ibu”. Muncul deh tanda tanya
besar, kenapa benda itu yang dipilih ibu sebagai warisan dari mbah. Kalaupun
dijual mungkin nggak laku. Tapi aku yakin benda itu memiliki kisah tersendiri
buat ibu dan masa kecil ibu. Benda itu aku sebut Gentong.
Saya sudah capek dan lelah ketika banyak rakyat Indonesia
seolah-olah membenci negaranya sendiri. Banyak yang mengatakan negeri ini sudah
hancur, kasus korupsi dimana-mana, rakyat tidak makmur, bahkan pendidikan
sangat mahal. Sering juga lihat di berita pertikaian antar suku, etnis agama, teror
bom dimana-mana. Hatiku miris, inikah Indonesiaku?
Selama ini aku memang pemakai android. Gegara ada muridku
yang sekarang udah SMP dia itu update banget soal IT (gurunya sampai kalah) dan
sering bahas soal windows phone, akupun jadi penasaran. Kutanya deh dia pakai
hp apa, dan begitu ditunjukin hp nya ternyata muridku yang bernama Beno itu dia
pakai Nokia Lumia 1520.
bersama mereka, kami untuk Indonesia |
Seneng deh setiap hari senin
sampai sabtu saya melihat mereka. Semangat mereka untuk belajar meskipun kami
berada dalam lingkup serba sederhana. Sarana prasarana belajar yang sederhana,
tapi saya berhasil membawa mereka memiliki mimpi yang lebih dari sederhana.
Belum lagi ketika saya bertanya tentang negeri yang mereka cintai serempak
anak-anakku bilang Indonesia. Rasanya, memang saya bangga menjadi anak negeri
yang katanya negeri paling kaya, baik itu kekayaan alamnya, budaya, agama,
sampai suku dan ras.
Kedung Ombo di sisi Jati Songo |
Menikmati eksotisme Kedung Ombo dari sisi kabupaten Grobogan
rasanya sudah biasa. Pengen coba sesuatu yang baru? Mungkin jarang keekspose
juga sih. Masih dalam lingkup Waduk Kedung Ombo juga kok. Seperti yang kita
ketahui, waduk ini meliputi 3 kabupaten yakni Kab. Grobogan, Kab. Boyolali, dan
Kab. Sragen.
Bukan pemandangan baru lagi
ketika social media begitu hingar bingar soal pilpres. Seperti yang kita tahu,
9 Juli mendatang Indonesia akan menyelenggarakan yang katanya sih pesta
demokrasi. Dengan kata lain bakal ada pemilihan presiden baru yang akan memimpin
Indonesia selama 5 tahun kedepan. Sebagai warga negara yang baik tentu kita
punya pilihan tersendiri mengenai capres, kebetulan ada 2 kandidat yang akan
dipilih. Prabowo-Hatta Rajasa dan Joko Widodo- Jusuf Kalla.
Melanjutkan sekolah di jenjang lebih tinggi rasanya sih
impian bagi semua orang. Apalagi memilih jurusan yang memiliki prospek bagus di
kemudian hari, bahkan lebih bangga lagi kalau bisa diterima di universitas
terkenal. Namun ada yang berbeda dari beberapa universitas berikut, disaat
universitas lain menawarkan arsitektur bangunan normal dan jurusan-jurusan yang
nantinya mencetak sarjana-sarjana handal, justru universitas ini menawarkan hal
yang unik bahkan aneh. Simak nih, beberapa universitas yang cukup nyentrik!
Semuanya pasti
sependapat sama aku kalau kopi itu jenis minuman yang sangat merakyat. Entah dari
kalangan menengah ke atas samapai kalangan biasa, entah itu cowok atau cewek,
entah itu rocker sampai melankolis bisa nyatu melalui kopi. Bahkan kita perlu
bangga donk sebagai orang Indonesia kalau ternyata negeri kita ini banyak
sekali daerah-daerah penghasil kopi. Sudah tentu kan banyak banget berjejer
warung kopi mulai dari café kelas elite sampai warung kopi biasa.
Ini tentang kuliner daerahku. Setelah kemarin aku
bahas soal kesenian Langen Tayub, kali ini aku pengen bahas kuliner aja.
Sebagian orang pasti sudah tau bahkan kenal. Apalagi khusus orang purwodadi,
kebangetan pakai banget kalau nggak tau
atau bahkan belum pernah mencoba makanan ekstrim yang satu ini. Dibilang
ekstrim bukan berarti maemya di pinggir jurang atau sambil salto yah, tapi dari
bahan utama dari kuliner ini.
Cintanya
sangat sederhana, sesederhana pribadinya. Tak pernah menuntut apa-apa dari
bapak, bahkan di kehidupannya saat ini beliau cuma ingin membahagiakan
keluarganya. Menikmati masa tuanya dengan bapak. Ibuku tak pandai soal gadget,
SD saja tak lulus. Tapi Beliau memiliki cinta yang tak pernah lekang oleh waktu.
seragamku >< |
Andai aku bisa memutar waktu, mengembalikan waktu sesuai dengan keinginanku, andai aku punya mesin waktu kayak punya doraemon, aku cuma ingin mengulang tiga tahun itu. Tiga tahun dimana kata orang masa-masanya ABG paling ranum, masa-masa dimana tahapan coba-coba sangat menggila, tahapan dimana gejolak pemberontak itu ada. Tahapan dimana cinta monyet itu juga masih ada. Ah!!!! masa itu, putih abu-abu!
Di kotaku ini ada sebuah
kesenian, penikmat kesenian ini biasanya kaum adam. Didominasi bapak-bapak tapi
tidak jarang pula aku menjumpai anak muda juga menikmati kesenian ini. Meskipun
hanya hitungan jari sih anak mudanya. Bahkan kalau ada kesenian ini, para kaum
adam rela pulang pagi loh. Kesenian ini juga dibilang langka karena biasanya
ada diacara hajatan nikahan atau sunatan bahkan tradisi sedekah bumi.
Kiddos.. rasanya baru kemaren
kalian kelas satu, eh gak taunya kalian udah jadi ABG yang bentar lagi masuk
SMP kan yah.. Rasanya juga kalian lagi dimasa-masa paling stress mendunia.
Kenapa? Banyak bener latihan ujian yang harus kalian tempuh demi perjuangan 3
hari. Setelah enam tahun kalian diisi oleh gurumu, tiba waktuya deh ya yang
dikoar-koarkan sama mendiknas. Ujian nasional. Takut nilaimu jelek? Takut gak
lulus? Ah.. seandainya ibu bisa bantu kalian ngomong ke pak menteri ya kiddos,
mungkin ibu bakal minta kalau UN ditiadakan. Seandaninya.
foto dokumen pribadi :) |
Data Buku :
Judul
Buku : Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis
: Irma Devita
Penerbit : Inti Dinamika Publisher
Cetakan ke
: I, Februari 2014
Tebal
Buku : xii + 268 halaman
ISBN
: 978-602-14969-0-9
Ini ceritaku dengan seorang
sahabatku dari kecil. Namanya Ita, sedari kecil kita sering menghabiskan waktu
bersama entah itu bermain, belajar, dan mengaji di madrasah sore. Bahkan kita
sering disebut anak kembar. Kemana-mana berdua, baju hamper sama, sepeda sama,
rambut juga sama-sama panjang, yang membedakan aku kurang pinter dan temanku Ita
selalu jadi juara kelas. Hahaha..
Dunia anak adalah dunia bermain dan
belajar. Apalagi sekarang kemajuan IT memanjakan anak-anak dengan gadget keren
macam tablet. Bukan hal yang aneh ketika anak
jaman sekarang begitu lihai memainkan jemarinya dilayar tablet. Bisa dikatakan mereka asyik bermain game, bahkan tak jarang
kalau anak sudah nyantol dengan tablet pastilah
gak mau jauh-jauh. Efeknya sih mungkin anak akan malas membuka buku untuk
belajar. Karena lebih asyik pakai ipad tentunya. Ya gak?
bokeh di gerobag wedang ronde |
Aku kembali menyelami lembaran
memori di otak yang sudah ku tutup, dan aku membukanya. Waktu itu, kita dan
teman-teman sedang bersama merayakan hari kelahiranku. Sebuah kado terindah
yang benar-benar manis itu memang sengaja bapak ibu berikan ditambah dengan
kesediaanmu menghabiskan waktu bersamaku, hari itu di ulang tahunku.
ngambil di google |
Entah
apa yang terjadi saat ini, apakah ini pengaruh globalisasi? Mungkin saya lagi
kena virus nasionalis, eh bukan! Karena merasa janggal dan kurang pantas saja
sih. Ini soal etika, dimana biasanya keluargalah yang menjadi guru utama dan
paling utama mengenai sebuah etika. Selain itu peran masyarakat juga
mempengaruhi etika seseorang.
Saya
ingat betul pesan bapak ibu dan pembiasaan sedari kecil. Kita biasa mengenalnya
dengan etika tangan kanan. Dari dulu sudah terpatri bahwa tangan kanan lebih
baik dari pada tangan kiri. Tangan kanan jauh lebih bersih dari tangan kiri, intinya yang bagus-bagus untuk tangan kanan dan
tangan kiri itu kebagian yang jelek-jelek. Kasian yah si tangan kiri.
berkibar di perahu nelayan. |
Saya selalu
merinding setiap upacara di hari senin melihat bendera merah putih dikibarkan
dengan iringan paduan suara khas anak-anak dan lagu Indonesia Raya. Melihat
mereka berseragam putih merah lengkap dengan dasi dan topi. Berdiri tegak walau
matahari menyengat (yang seharusnya sebagai cambuk yang
mengingatkan kita tentang kecintaan kita kepada ibu pertiwi, tanah air kita
yaitu Indonesia), memberi hormat meski saya yakin diantara mereka belum memahami apa
arti dari penghormatan itu, mendengarkan pembacaan pembukaan UUD 1945 yang di
dalamnya mengandung 4 tujuan bangsa Indonesia, menirukan pembacaan pancasila
secara serempak, dan mendengarkan amanah dari Pembina upacara. Itulah fenomena
setiap hari senin saat saya menjadi seorang siswa dan kini menjadi seorang
guru.
mbah Wignyo |
Namanya mbah Wignyo, lelaki lanjut usia yang masih segar bugar ini berusia sekitar 75 tahun. Setiap hari beliau datang ke sekolah menemani cucu semata wayangnya yang bernama Ilhan. Ilhan belum genap 6 tahun, dan masih ingat betul di awal tahun ajaran baru kemarin mbah Wignyo datang menemui ibu kepala sekolah dan memohon ijin agar cucunya bisa ikut di kelas 1.
kaos ibu [bukan] kaos kampanye :v |
Bu,
Aku suka sentimen deh kalau disuruh cerita tentang ibu.
Bukan aku nggak sayang atau gimana sama ibu, tapi aku tuh bingung harus dengan
kalimat yang bagaimana aku menceritakan tentang ibu. Aku nggak pandai
berpujangga atau bikin puisi romantis buat ibu. Tapi, aku tuh mending nunjukin
langsung ke ibu kalau aku itu aselinya sayang banget sama ibu.
senja tadi sore |
Ini tentang sebuah sore, senja dan obrolan ringan dengan temanku. Sebenarnya berburu senja kali ini ajakan iseng, tapi entah kenapa karena kita sama-sama larut dalam senja dan obrolan nostalgia rasanya senja sore ini begitu indah. Matahari senja tertutup mendung dengan menyisakan goresan oranye dan kelabu. Lensa mataku menangkap dengan jelas, dan tak lupa lensa kameraku membidik langit senja mendung sore tadi.
Hujan deras sore tadi membuatku metal alias mellow total. Setelah tadi terjebak dalam derasnya hujan ditemani segelas jus banana coffe dan cerita ngalor ngidul temanku, seolah-olah virus kembali ke masa lalu menghantui diriku malam ini. Ah, kali aja aku lagi masa-masa kangen ya. Jadi bawaannya ya gitu, mengurung diri di kamar, dengerin lagu sok romantis, sambil ngebayangin mas Van Persie ada di depanku. Ahhhh..apaan coba.. Nggak jelas!!
KEB dan Srikandi Blogger 2014 |
Awalnya iseng dan ngandalin jimat "asal nyemplung deh buat rame-ramein acaranya". Kompor-kompor sih dari teh Nchi sama teh Chi, udah gitu cit cat sama mak Icoel. Nah, semakin terkompori akhirnya ikutan aja kirim tentang diriku di ajang Srikandi Blogger 2014. Ajang penghargaan yang menurutku bergengsi banget lah ya, KEB nih pencetusnya. Keren kan!! setelah tahun kemarin mama Alaika yang menyabet mahkota Srikandi Blogger 2013. Mama, aku masih ingat pertemuan singkat kita di Solo waktu ituh *peluk mama Alaika*.
Aku sering bilang ke murid-muridku "Bermimpilah nak, setinggi apapun mimpimu. Dan jangan pernah takut buat bermimpi karena mimpi itu gratis". Ya gratis, orang kalau tidur aja suka mimpi ya, hahaha. Bicara soal mimpi, aku juga punya mimpi yang banyak banget. Mulai dari mimpi pengen jadi dosen, kepala dinas pendidikan, sampai mimpi pengen jadi menteri pendidikan nasional. Belum lagi mimpi yang dari kecil udah ada di otakku. Aku pengen keliling Indoesia. Indonesia saja? sepertinya cukup Indonesia dulu, kalau Allah ngasih kesempatan buat langsung keliling dunia aku nggak nolak. Alhamdulillah deh...
3 Maret 2014, tepat berumur 288 Kabupaten Grobogan. Mungkin masih merasa awam dengan Grobogan. Tapi sebuah kabupaten yang dikelilingan pegunungan kapur ini memiliki sejarah dan kekayaan lokal lainnya. Memang aku sendiri masih belum paham mengenai kotaku sendiri. Ya setauku di kotaku terkenal dengan swikee kodok, selai pisang, nasi pecel Gambrengan, sayur becek khas orang punya hajatan, tempe kripik, Waduk Kedung Ombo, Bledug Kuwu, Api Abadi Mrapen, Sendang Keongan, Air terjun Widuri, Bukit Menawan, Sendang Coyo, sampai Bukit Pandang Jati Pohon. Itu semua yang ada di daerahku, apalagi kalau bukan Grobogan.
Anak-anakku sekarang menjadi malaikat kecil dan penurut. Jujur, itu sangat membosankan. Akhir-akhir ini nggak ada urat nadi di leher yang kelihatan saat memarahi kenakalan mereka. Hahaha... Mungkin karena bu gurunya cengeng kali ya. Ada murid nakal dan nggak bisa diatur sampe-sampe berlinangan air mata *lebay* buat nasehatin. Kehabisan kata-kata and prinsipku no bullying in the classroom. Cukup senyum dengan jargon "Duh gusti paringono sabaaaarrrrr".
Hidup di kota kecil, maju sih enggak mundur juga enggak. Pokoknya Purwodadi gitu-gitu ajah. Nggak ada mol gedhe, nggak ada gedung bioskop macam XXI, nggak ada pantai ataupun laut tapi adanya pegunungan kapur. Istimewa kan ya.. hahaha... Ada swikee, ada pecel gambrengan, ada garang asem, ada ayam goreng Noroyono, ada simpang lima, alun-alun. Dan yang paling penting di Purwodadi itu ada saya!! the one and only, makhluk Tuhan yang manis dan gingsul tumbuh dan berkembang di kota kecil bernama Purwodadi.
senja dokumen pribadi |
Masih ingat senja indah itu? Senja dimana kita nikmati bersama.
Jingga, dan kamu mengatakan jingga itu indah. Subhanallah, luar biasa
ciptaanNya. Mega berwarna keemasan bercampur jingga, semilir angin diatas
bebatuan yang menjadi singgasana kita menikmati senja. Ah, ini sangat indah.
Terlebih kamu ada disampingku. Hanya bisa berkata “Nikmat Tuhan manakah yang
engkau dustakan.”
Subyektif banget, bahkan mungkin nggak ada standarnya.
Letaknya di hati, dekat dengan keihklasan dan ketulusan...
Menawan, sebuah desa yang bagiku sangat asing bin unik di telinga. Bukan Adhit namanya yang sangat bangga memamerkan desa kesayangannya, tempat teman gendutku ini dibesarkan sampe sebesar gajah *anggap aja bongsor badannya*. Dari cerita Adhit banyak hal yang dapat dinikmati di Menawan. Dan yang paling bikin penasaran katanya ada bukit. Pikiranku langsung melancong sampai ke Jember, dimana Mas Hakim dan Mbak Prit selalu bercerita kalau banyak gumuk disana. Apa iya sih di Purwodadi yang notabene dikelilingi pegunungan kapur ada gumuk?yakali.... Ah, Adhit benar-benar membuatku penasaran!!Puas loh?
gambar diambil disini |
Saya terlibat dengan percakapan yang membuat grogi dan bingung untuk menjelaskannya kepada mereka. Berawal dari Amel yang terlihat ada jerawat 1 biji di pipinya. Bagi teman-temannya jerawatan identik dengan memikirkan pacar. Nah, ini percakapan siang itu di kelas disela pelajaran bahasa Indonesia. Nggak nyambung ya sama pelajarannya...hihihihi. Biarlah!
***
Perpustakaan kami kedatangan Peri-peri loh. Nah peri-perinya bersayap pelangi pula. Waktu itu sepulang sekolah di kasur ada bingkisan cantik yang sudah diantar pak pos. Dan bingkisan itu sudah dibuka ibu rupanya. Tertulislah sebuah nama pengirimnya disitu Pungky Prayitno. Peri baik hati yang mendonasikan bukunya untuk perpustakaan panti asuhan Yatama. Alhamdulillah.
Teman-teman...ini sekilas tentang saya yang waktu itu naskah saya kirimkan di seleksi Srikandi Blogger 2014....
Siapa Cheila Si
Guru Kecil???
bapak ibu dan saya ^_^ |
Perkenalkan, saya adalah Chela Ribut Firmawati, S.Pd
yang terlahir di kota kecil Purwodadi, 29 September 1989. Terlahir dari
keluarga biasa yang keseharian bapak dan ibu bekerja sebagai seorang petani,
dan sekarang ini Bapak adalah seorang pensiunan pengawas sekolah TK/SD.
Pendidikan saya lalui layaknya anak-anak pada umumnya, bersekolah di TK Trisula
Perwari II hanya selama 9 bulan kemudian lulus dan masuk jenjang SD. Tingkatan
SD saya bersekolah di SD Negeri 3 Purwodadi, lulus SD saya melanjutkan di SMP
Negeri 1 Purwodadi, kemudian sekolah di SMA N 1 Toroh, dan pendidikan tertinggi
saya lalui selama 3tahun 10 bulan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
dengan memilih jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Begitu lulus saya
sekarang mengabdikan diri sebagai seorang guru SD.
Guru adalah sebuah amanah yang mengandung
pengabdian. Seberapa besar gaji yang di terima memang tak sebanding dengan
sebuah kepuasan yang didapat ketika didasari dengan keikhlasan untuk berbagi
dan mengabdi. Perempuan memang memiliki naluri untuk menjadi seorang pengajar
dan pendidik, ibu contohnya. Sedari dalam perut ibu lah yang membisikan
kelembutan dan kasih sayangnya kepada kita. Dan saya mengatakan makhluk ciptaan
Tuhan yang paling mulia adalah perempuan.
Internet, bu guru, recorder, dan mereka ^_^ |
Kamis, 23 Januari 2014. Seharian Purwodadi diguyur hujan. Berita banjir dimana-mana (Alhamdulillah Purwodadi bebas banjir), ke sekolahpun terlambat. Kami (saya, Duwik, Aulia, Roni dan Adhit) sepakat untuk survey lokasi untuk perpustakaan mini rencana AMBC. Menerjang gerimis kami segera memutuskan untuk berangkat tepat jam 12.00 waktu bagian Purwodadi. Sampai di lokasi, kita langsung babibu...casciscus masalah dekorasi. Setengah jam kami di lokasi dan akhirnya setelah mencatat bahan-bahan dekorasi kami berpencar untuk membeli bahan yang kami butuhkan.
enarsis dan rembug dadakan |
Menjelang magrib saya menerima sms dari teman SMP saya. sebuah kalimat bertuliskan "Cheila, Duwik... ba'da isya ada acara? butuh bantuan kalian nih..." Sebenarnya sms itu tidak hanya ditujukan kepada saya, tetapi untuk teman saya Duwik. Tanpa mikir panjang jemari saya mengetik kalimat balasan sms tersebut, sampai deal lah untuk berkumpul di rumah saya ba'da Isya.
Tepat ba'da isya, datanglah teman saya yang mengirim sms tadi. Dia bernama Roni dan ditemani Aulia. Saya dan Aulia memang masih bertanya-tanya ada apa sih Roni minta berkumpul di rumah saya ba'da isya. Dengan muka penuh tanya Roni masih menyimpan sebuah rahasia kecil untuk kami (saya dan Aulia). Sebelum penjelasan dari Roni mengucur deras dari bibirnya, sebuah martabak manis yang dibawakan Roni dan kopi hangat suguhan ibu terpampang di depan kita bertiga. Memang malam itu Purwodadi terasa begitu dingin.
Saya boleh berpendapat kan?
Nggak bakal di demo kan kalau saya bahas ini?
Semoga aja aman deh, soalnya pernah di protes teman-teman sekelas pas punya pendapat yang beda. Bukannya kita berhak mengeluarkan pendapat seperti yang diatur dalam UUD 1945 pasal 28E ayat 3 "Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,berkumpul, dan mengeluarkan pendapat". Andai mereka sadar bahwa berbeda pendapat itu adalah hal yang wajar, asal nggak pake emosi. *tertunduklesu*
Karna rencana sang Pencipta selalu LEBIH INDAH daripada keinginan kita...
Allah memang menyimpan dengan rapi apa yang menjadi kehendakNya. Dan manusialah yang menjadi pelaku dari semua skenario yang telah Dia tentukan. Sedari rahim ibu dimana Dia memberikan segala ketentuanNya, entah itu hidup, mati, jodoh, maupun rezeki.
Banyak hal yang saya temui bahkan saya alami sendiri selama saya belajar "menjadi' dewasa (sampai saat ini saya masih tetap belajar). Entah itu bahagia, menyedihkan, mengecewakan, atau bahkan benar-benar menyakitkan sampai susah rasanya untuk move on. Dikatakan galau, memang iya. Tetapi semua itu adalah proses... Kalau kata teman ganteng saya 'Itu adalah proses pendewasaan, jadi nikmatilah".