"Bu guru... Aku udah bawa kertas sama figura!" Teriak Mala ketika aku memasuki kelas pagi kemarin.

"Bu... Aku juga sudah bawa semuanya!" Teriak anak-anak lainnya dan disusul keriuhan kelas pagi itu.

Disclaimer : postingan ini real pendapat penulis sendiri. Jika ada pihak yang merasa tersakiti atau baper, mohon maaf mungkin kurang piknik. 

Jadi begini, Senin kemarin tanggal 20 November 2017 bisa jadi hari bersejarah dalam hidupku. Setelah sekian lama bisa ngoceh lewat blog soal nestapa guru honorer *ciye... Akhirnya atas dasar solidaritas senasib, serasa, sepenanggungan aku ikut aksi damai dan dengan diawasi papa. *ashek!!*

Sering nggak sih ngalamin tiba-tiba sekelebatan di otak ada ide yang menclok. Atau ujug-ujug "mak ting" trus kepikiran sesuatu dan pengen diwujudin. Ide mah sukanya gitu ya, datang nggak dijemput perginya juga nggak pamit. Sayang banget ya kalau ada ide apapun itu trus ilang gitu aja tanpa bekas. 

Dieng, aku sering banget denger cerita tentang itu. Dulu teman satu kos paling semangat kalau ceritain tentang Dieng. Secara dia asli sana dan khas banget ngapaknya. 

"Pernah ngajar kelas 3 to,pah? Menurut papa, karakter anak-anak kelas 3 tuh piye?" Tanyaku yang kala itu kami sedang asyiknsantap malam di kedai nasi goreng Lek Sastro.

"Ya gitu deh..." Jawabnya singkat tanpa menoleh dari piringnya. 

Aku ingat jaman SD kelas 1 dulu pernah nangis ketika ikut lomba mewarnai. Kalau nggak salah dulu bertempat di hotel Laksana dengan sponsor susu SGM atau apa gitu. Pokoknya yang membekas di perlombaan kala itu adalah aku nangis, nggak mau mewarnai, dimarahin ibu dan sampe rumah jadi bulan-bulanan kekecewaan ibu. Pas itu memang ibu yang nganter. 

Bukan menjadi barang mewah lagi ketika sekarang ini berbagai kalangan sangat dekat dengan gadget. Globalisasi memang menyuguhkan kemudahan bagi masyarakat termasuk Indonesia. Yang paling dirasakan adalah kemudahan kita memperoleh informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 

Aku harus insyaf, saatnya berinternet sehat!

Jadi gini, kecanggihan dunia milenial buat aku tuh memang menguntungkan sekaligus jadi pedang bermata dua. Purwodadi - Amsterdam aja sekarang cuma seujung jari, apalagi mau tau kabar terbarunya abang Gong Yoo. Lu tinggal klik, jreeetttt bakal muncul semuanya. 

Bisa dibilang aku besar ditemani dengan buku terbitan Balai Pustaka dan semenjak kelas 4 SD aku mengenal sama buku dari penerbit Erlangga. Sudah tau kan ya kalau buku terbitan Balai Pustaka itu kebanyakan sampulnya warna hijau dan dipinjamkan gratis oleh pihak sekolah. Baru sekitar kelas 4 ada buku baru terbitan Erlangga, cuma baru sebatas dipakai bu guru sama pak guru aja. 

"eh... Bu Chela bawa gunting sama lakban." Teriak Najib disela dia mencatat tulisan di buku catatannya.