Tidak Semua Sekolah Negeri itu Buruk, kok!

By Chela Ribut Firmawati - July 06, 2025

Sebenarnya saya tidak ingin  menuliskan ini. Namun rasanya setiap kali menjelang tahun ajaran baru ada saja perdebatan yang makin kesini makin aja gitu. Dari yang Sistem Penerimaan Murid Baru lah, pemilihan sekolah lah, kado untuk walas yang akan ditinggal naik kelas las. Dan beberapa waktu lalu sempat merasa tergelitik dengan postingan salah seorang blogger juga terkait penyesalannya menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. 



No, saya tidak akan membahas postingannya bagaimana dan seperti apa. Hanya saja kok saya merasa tergelitik dan lumayan terganggu karena sekolah negeri tidak selalu buruk yang dilihat banyak orang. Oke, saat ini sekolah swasta ibarat jamur di musim hujan. Semakin banyak dan entah kok saya merasa pemerintah seperti membiarkan fenomena ini. 

Paham donk bagaimana kondisi di lapangan bahwa murid aja terkesan rebutan antara sekolah negeri dan swasta. Bulan Januari saja sudah ada pendaftaran sekolah sementara untuk SD negeri pendaftaran murid baru dilaksanakan setelah pembagian rapor di semester genap. 

Yang membuatku sedih adalah... 

Membandingkannya tuh nggak apple to apple. Jelas, ada harga yang harus dibayar oleh orang tua dengan memilih di sekolah swasta. Sementara di sekolah negeri narasi yang di gaungkan adalah pendidikan gratis yang REALITANYA pendidikan itu nggak gratis. Seragam beli sendiri, buku tulis dan printilannya juga beli sendiri, belum uang saku setiap hari. Sementara banyak program kerja yang juga membutuhkan kontribusi orang tua murid sering diprotes karena alasan SEKOLAH NEGERI KAN GRATIS.  Itu... Sudah nggak sangat apple to apple. 

Mau dibahas lebih dalam? Yuk kita diskusi saja di whatsapp kalau soal ini. 

Ditambah lagi narasi jam kosong. Aduh sumpah... Ini tuh rasanya sakit banget. Dulu ketika di bangku sekolah dan ada jam kosong rasanya rugi banget sampai protes minta ganti guru. Dan semenjak menjadi guru dari honorer sampai sekarang sudah berstatus ASN, bisa dihitung jam kosong di kelas saya. Disini sudut pandang saya adalah di kelas saya sendiri. 

Bapak pernah berpesan "muridmu nggak melihat status kepegawaianmu. Tapi yang dia lihat adalah gurunya setiap hari itu ada di kelas atau tidak. Sebisa mungkin jangan tinggalin kelas kecuali jika ada acara yang memang penting. Karena tanggung jawabmu tidak hanya sekedar materi selesai diajarkan tetapi mereka yang bernyawa itulah yang menaruh harapan besar di kamu setiap hari! "

Dalem nggak???? Mikir keras saya tuh  waktu awal-awal menjadi guru. 

Tanyakan ke murid saya yang sudah lulus, pernah nggak jamkos di saat saya mengajar mereka. Maaf bukan terlalu sombong, tapi tidak hanya saya melainkan banyak guru di luar sana yang juga sama. Selalu ada di kelas dan mendampingi murid-muridnya setiap hari meski tidak dipublikasi di sosial media. Ada yang tetap dalam keheningan setiap hari mengukir kenangan bersama murid-muridnya. Belajar perkalian, bagian tubuh manusia, dan keseruan lainnya yang mereka ciptakan di sebuah ruangan yang bernama kelas.

Tinggal bagaimana kita benar-benar selektif memilih sekolah untuk anak kita. Tapi disaat sudah merasa tepat, tetap saja ada hal yang tidak melulu bisa memuaskan kita meskipun sudah membayar mahal. Guru juga manusia, kepala sekolah juga manusia, sekolah adalah lembaga yang isinya juga manusia tentunya ada juga donk kurangnya. 

Ketika saya sudah berusaha maksimal dalam mendampingi anak-anak, ternyata tidak bisa lepas kok dari protes orang tua murid sementara tujuan kita kan pasti baik. Terlalu keras lah, terlalu disiplin lah, tugasnya kebanyakan lah. Sedangkan dari sudut pandang murid-muridku karena memang harus ditinggal atas undangan kedinasan, mereka tidak segan "kok ditinggal toh, buk!". Pernah? Tanya saja tuh angktannya Refan, Kanaya dkk. Mereka akan protes kalau kelas saya tinggal dan dilimpahkan ke guru lain. 

Memang di sekolah negeri itu lingkungan lebih homogen. Kondisi latar belakang muridnya, agamanya, kebiasaan di rumah, pengasuhannya. Sebagai orang tua juga harus SADAR terlebih dulu bahwa jelas berbeda dengan menyekolahkan di negeri dan swasta. Tapi gimana ya... Sebagai guru juga saya sering memilih diam ketika bertemu dengan orang tua murid yang dengan jumawanya menceritakan sekolah anaknya  baik di negeri hingga swasta. 

Karena saya sadar, menimpali omongan itu akan menjadi pembahasan yang capek juga dijelaskan karena ada satu hal yang sangat rumit dijelaskan. Tentunya kalian pasti bisa meraba lah apa itu. Yang jelas sebagai bagian dari pelaksana pendidikan, hal yang bisa saya lakukan adalah tetap berupaya memberikan kinerja yang terbaik untuk siapa? Atasan?? Jujur enggak, tapi lebih kepada murid-murid di kelas. 


Tidak setuju dengan tulisan ini? Nggak masalah, kok. Sangat terbuka untuk menerima diskusi di kolom komentar, ya! 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)