Semalam aku merasa semesta seolah tenang sunyi dan jeda. Aku tidak menyadari bahwa akan ada fenomena gerhana bulan total. Ramainya di pemberitaan adalah blood moon yang aku baca dari kompas.com dimulai pukul 22.30 wib.
![]() |
Cahaya bulan sebelum gerhana tadi malam |
Aku segera bergegas keluar kamar sembari mengajak Berli. Toodler ini memang beberapa hari ini tidurnya diatas jam 9 malam. Dia sedang merajuk dengan papanya sehingga tidurpun selalu minta ditemani oleh papanya. Sementara papa ya begitu, dia asik dengan dunianya sendiri meski sering diprotes oleh ibu negara.
Kubuka pintu depan dan memastikan keadaan masih cukup ramai. Jam di handphone menunjukkan pukul 22.15 wib. Papa masih terlihat sibuk di meja depan sambil mengotak-atik mesin jam bandul sementara Berlian kecil ikut sibuk mengikuti apa yang dilakukan oleh sang papa. Definisi anak melihat anak meniru. Meski direcokin, Berli terlihan anteng dan fokus bermain sampai di momen papa selesai dan membereskan perkakasnya. Bayi 18 bulan ini juga mengerti untuk ikut menyimpan perkakas milik papa meski hanya membawa kotak skrup berukuran kecil.
![]() |
Kesibukan dua jagoan mama |
Sambil memastikan Berli tetap anteng dengan mainannya, aku justru sibuk keluar masuk rumah. Memandang ke langit nan jauh di sana, menikmati cahaya rembulan yang lebih terang dan cantik. Sambil bergumam ada ibu nggak ya di langit itu. Sementara alam sekitar terasa hening, anginpun tak menunjukkan hembusannya namun udara malam itu terasa lebih dingin. Namun aku merasakan damai. Bahkan suara jangkrik dan hewan malam lainnya yang biasanya terkesan berisik juga sama sekali tidak terdengar.
Aku notice satu hal bahwa ketika sedang terjadi gerhana, semesta seolah memberi ruang untuk jeda. Untuk menikmati fenomena alam dimana bumi, bulan dan matahari bertemu dalam satu garis. Yang banyak sekali mitos diceritakan dari generasi ke generasi. Yang ketika gerhana entah gerhana bulan atau matahari semua makhluk hidup harus dibangunkan dan diberi tahu "heeeyyy jabang bayi... Kae ono grahono. Selamet.. Selamet... Selamet... ". Juga cerita yang tak luput diceritakan oleh ibu saat kami juga menyaksikam gerhana bulan di depan rumah. Bahwa saat itu bulan sedang dikejar oleh raksasa, lalu tertangkap namun karena kesaktiannya bulan dapat keluar dari perut raksasa itu dengan cahaya yang lebih indah.
Sungguh... Rangkaian kisah yang diceritakan oleh ibu juga bapak terekam dengan indah diingatanku dan anakku, Intania.
![]() |
7-9-2025 pukul 22.15 wib |
Pun malam lalu yang kuniatkan untuk menanti gerhana bulan darah yang katanya bulan berwana merah darah. Namun aku terlelap hingga subuh dan terlewatkan puncak gerhana bulannya. Sedih sih lumayan, tetapi aku merasa bahwa ketika aku bangun tidur pagi tadi alam semesta terasa jauh lebih tenang. Udara terasa lebih sejuk dan vibrasi yang aku rasakan sangat berbeda. Entahlah.. Mungkin ini hanya perasaanku saja kali ya.
Aku lebih kepada menikmati semesta yang tampaknya sedang mengalami jeda. Menanti bulan baru dengan cahaya yang jauh lebih cantik. Bahkan setiap kali momen gerhana aku tak lagi takut seperti saat masih kecil dulu. Bahkan blood moon juga menjadi topik obrolan di kelas hari ini. Meski tengah malam, beberapa muridku menyaksikan langsung bulan jadi merah tadi malam.
"Bulannya merah, bu! Buagus banget!!!" Kata Ainul.
Penutup : jika alam semesta saja mengalami jeda, lantas kenapa sebagai manusia kita harus terlihat sibuk terus? Terkadang begitu, kita merasa tidak berguna jika kita tidak sibuk. Sampai lupa ada badan yang memberi sinyal karena kelelahan, ada senewen yang datang tanpa permisi karena kebanyakan pikiran, ada gundah karena sibuk dengan ekspektasi diri sendiri, bahkan ada kepalsuan hanya demi mendapatkan validasi orang lain.
Padahal dengan jeda, bulan kembali muncul dengan cahayanya yang lebih indah dan lebih terang. Dengan jeda, kita tahu kapasitas diri kita. Tak lagi memaksakan namun lebih kepada berkesadaran. Semua tidak harus sekarang, semua akan berjalan sesuai timelinenya. Dan tugas kita adalah dijalani, dinikmati dan tak lupa untuk disyukuri.
Sebuah catatan dariku yang tidak nonton gerhana bulan tetapi lebih kepada menangkap dan menyelaraskan diri dengan vibrasi alam semesta.
0 comments
Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)