Love Hate Situesyen About eMBiGi

By Chela Ribut Firmawati - October 16, 2025

Dua unit mobil box memasuki halaman sekolah Senin pagi kemarin. Pembiasaan asmaul husna baru saja selesai dan anak-anak bersiap masuk kelas. Namun, suasana riuh tak terperi memenuhi halaman sekolah kami dengan kedatangan Mas Katon yang diikuti dua mobil box itu. Mas Katon datang tanda MBG alias Makan Bergizi Gratis yang menjadi progam dari Pak Prabowo akhirnya sampai juga di sekolahku. 




Antara seneng tapi gimana yaa... Sejak awal dikampanyekan keberlanjutan lah, penanggulangan stunting lah, hingga MBG, sama sekali nggak sampai di hatiku. Tapi, sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab aku turut menyukseskan program MBG ini. Apalagi SPPG yang mengandle MBG sekolahku juga saudaraku sendiri dan aku percaya SPPG Kuripan ini memang akan memberikan pelayanan terbaik untuk pemenuhan gizi anak-anak kami. 

Love hate situesyen yaaa... Karena memang ya harus dijalankan, mau tidak mau tugas guru bertambah yang nggak hanya mengajar, menanamkan karakter yang sesuai dengan 8 dimensi kelulusan dan bukan lagi profil pelajar Pancasila. Tetapi sekarang memastikan anak-anak makan dengan baik terlebih makan sayur. Hahaha. Menghitung jumlah murid dengan food tray nya harus pas, juga memastikan apakah makanan itu aman dikonsumsi. 

Ditambah lagi perintah "bapak/ibu tolong jangan lupa dokumentasikan menu dan suasana ketika anak-anak mengonsumsi MBG nya di share di grup, njih!" Otomatis menambah beban memory di handphone yang makin kesini storage google drive semakin full. 

Dan paling ngeselin adalah ketika wali murid yang sory to say pada brisik. Bilang menunya garingan lah, nggak ada susunya padahal sekolah lain ada, yang MBG nya baru dapat padahal sekolah-sekolah lainnya sudah. Di sisi lain, anaknya di sekolah menerima makanan dengan suka cita, anak-anak happy, momen makan bersama teman-teman jadi lebih seru. Tapi ibunya pada sibuk membandingkan menu sekolah A, B, C dan lalalalala. 

Masih mending dapat MBG, lho! Kalau aku jadi kepseknya, aku lebih memilih untuk tidak menerima MBG aja sekalian. 

Then, semenjak ada MBG di sekolahku terlebih di kelasku. Aku berusaha sedari awal melibatkan murid-muridku untuk bersama-sama belajar bertanggung jawab. Aku memilih Celo, Yulian, Bima, Galang, Ubay, dan Aji untuk bertanggung jawab mengambil food tray ketika jam istirahat. Lalu mereka juga yang membagikan ke teman-temannya di kelas. Otomatis anak lainnya akan menyerahkan secara estafet bahkan kadang membantu mengambil dan membagikan ke temanya. Pun ketika selesai makan dan memastika  food tray lengkap dan jumlahnya pas. Untuk spesialis tali menali jatuh pada Ubay. 

Mereka belajar bertanggung jawab dengan tugas yang aku berikan, mandiri karena tanpa aku komando lagi pasti akan mengambil dan mengembalikan ke pos makanannya, gotong royong juga terlihat disini, bahkan lucunya ketika makan mereka akan saling berbagi. Dan aku menotice adanya rasa kepedulian yang muncul di anak-anak. 

"Bu, ini jumlahnya pas. Lha Bu Chela nggak dapat?" Celo bertanya seperti itu di hari pertama pembagian MBG. 


Aku tersenyum dan menjawab "nggak masalah dek, Bu Chela kebagian hikmahnya saja untuk MBG ini!" 


Ah... Baru  hari ke empat dengan menu yang bermacam-macam. Melihat mereka lahap makan rasanya hatiku senang. Tapi mikir juga, MBG ini apa akan berjalan terus? Duit dari mana?? Apa APBN aman untuk pembiayaan MBG ini dan seterusnya? Padahal kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya ada yang lebih urgent di dunia pendidikan ini bukan soal perut muridnya, loh. 

Tapi sebagai grass root begini, yang bisa kulakukan adalah.... Jalani saja lah. 


Terimakasih ya Pak Prabowo ☺😊

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)