Kenapa Aku Harus Memikirkan Nasibmu?

By Chela Ribut Firmawati - November 03, 2025

Standar ganda atau bahkan tripel guru yang menjadi operator sekolah terutama dapodik adalah ikut bertanggung jawab terhadap nasib orang lain. Padahal kalau dari pengalaman pribadi nih ya, yang bersangkutan malas membaca informasi di grup. Sementara protesnya melalui senior yang sudah PNS. 





Aduh sebentar aku membuka sedikit luka lama. 😅😂

Jadi ini adalah pengalamanku sendiri yang harus dimusuhi senior dan honorer yang sedang memperjuangkan nasibnya. Jadi, aku memang tidak membagikan informasi di grup karena menurutku ya sudah jelas ada info tersendiri dan guru yang bersangkutan juga ada di grup whatsapp. Sekali lagi... ADA DI GRUP WHATSAPP. Otomatis juga tahu donk kalau ada informasi apa ya dulu itu. Kalau tidak salah ingat adalah soal pendataan honorer. 

Maklum.. Menjelang momen pendaftaran PPPK nih umumnya orang akan menunjukkan watak aslinya. Jadi ya memang saat itu ketahanan mentalku sebagai seorang operator dapodik benar-benar diuji. 

Kegaduhan itu terjadi ketika aku sedang mengikuti pembekalan PPPK. Sebuah pesan whatsapp masuk dan mengirimkan informasi yang didapat dari guru lain. Konyolnya adalah guru-guru itu SUDAH TAHU dan kenapa justru senior PNS saat itu perkataan di whatsapp JUSTRU MENYALAHKAN AKU? Kan aneh, ya! 

Elu yang memperjuangkan nasib, elu juga yang ada di grup, elu yang butuh dan kenapa justru memusuhi aku hanya karena aku tidak share informasi ke grup sekolah? 

I know... Menjadi operator dapodik itu diharapkannya menjadi maha tahu segalanya. Maha mengambil alih tanggung jawab data pribadi semua guru di sekolah. Tapi itu tidak berlaku untukku. Datamu tanggung jawabmu sendiri. Ya ngapain aku harus menghafal pasword belajar. id guru lain sementara paswordku sendiri ada puluhan dan ribet sendiri. 

Sumpah ini tuh memang lucu. Apalagi ketika berhadapan dengan model "aku gitu tulus nggak bisa ya udah emang nggak bisa!" kebayang gimana rasanya? Monangissss dan misuh-misuh di tempat! 

Solidaritas Iya, Tapi Tidak Semua Harus Solidaritas

Mmm...  Gimana ya.. Mengatasnamakan solidaritas sih iya juga ya. Tetapi kalau sudah berurusan dengan nasib dan bagi orang yang belajar memahami batasan tentu akan memilih untuk tidak ikut campur. I mean, itu nasibmu dan urusanku sekedar membantu. 

Karena begini...  aku pernah mengalami sendiri ketika sedang berjuang untuk nasibku sendiri. Disaat yang bersamaan, temanku datang juga meminta bantuan. Atas nama rasa solidaritas ke teman, aku bantu dia sejak awal hingga menjelang eksekusinya. Dan hasilnya meski start kita sama, dialah yang berhasil mencapai goalnya sementara ada campur tanganku di usahanya temenku itu. Ngerti kan? 

Orang awam akan bilang "ya.. Itu bukan rejekimu!" Aku tahu!!! Tapi... Kebayang nggak gimana kecewanya? Lantas disaat kecewa apa yang umumnya dilakukan oleh manusia yang belum bisa legowo? Ya nyalahkan keadaan, menyalahkan ke orangnya. Gitu kan? 

Jadi maksudku ketika itu berurusan dengan nasibmu sendiri ya jadilah yang pro aktif. Ada info ya  dibuka dan dibaca. DIBACA yaa DIBACA. Bukan yang "infone tadi tentang apa sih?" Dan setiap kali aku ditanya dengan pertanyaan itu aku akan menjawab DIBACA DULU LALU PAHAMI DENGAN BAIK. KALAU NGGAK PAHAM BARU TANYA! 

Lalu, atas nama solidaritas ya ga usah memusuhi teman hanya karena nggak ngeshare info. Gunanya ikut grup apa sih? Intinya ya cari sendiri,  pahami, kalau belum paham baru tanyakan dan SADARI bahwa operator juga manusia biasa yang kadang nasibnya sendiri tuh sampe nggak keurus. 

Kenapa aku harus mikirin nasibmu? Mbok ya jadi guru tuh jangan manja-manja amat! Dahlah... Memang paling betul itu ya jangan terlalu menunjukkan kemampuanmu di tempat kerja, datang lalu pulang sesuai dengan tupoksi. Meski tidak semua, terkadang mendapati tempat kerja dan situasi yang seperti itu kayak lagi nyemplung di neraka. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments

Silahkan tinggalkan jejak di blog guru kecil ya. Mohon untuk tidak memberikan LINK HIDUP dalam kolom komentar. Jika memang ada,komen akan di hapus. Terimakasih;)