Edited by Chela. Powered by Blogger.
Showing posts with label pendidikan. Show all posts

Koneksi antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
~Bob Talbert~



Pembelajaran Jarak Jauh Jilid 2, Siapkah?

Pembelajaran Jarak Jauh Jilid 2, Siapkah? ~Harusnya, hari ini saya menggunakan seragam dinas yang sedari semalam sudah saya persiapkan dan setrika dengan rapi. Begitupun sepatu yang biasanya beberapa hari sebelumnya sudah saya cuci dan angin-anginkan, ditambah balutan semir sepatu cair supaya semakin mengkilap. Rutinitas yang sama juga biasa dilakukan papa demi menyambut semester genap di tahun ajaran 2020/2021. Bertepatan hari ini, namun rutinitas itu sudah lama tidak kami lakukan untuk menyambut anak-anak di sekolah.

 


Ketika Guru Tak Lagi Digugu (dan Ditiru)

Apa harus begini?

Awalnya aku nggak tahu, linimasa begitu ramai tentang Pak Guru Budi. Guru seni musik dan masih honorer di daerah Sampang Madura. Berkat tag salah seorang teman, akhirnya aku membaca runtutan peristiwa yang akhirnya nyawa seorang guru harus hilang akibat ulah muridnya.

Mempersiapkan Anak Menjadi Juara

Apa sih yang kita cari ketika mengikuti sebuah perlombaan? Klise kalau dijawab mau cari pengalaman. Pastinya kalau ikut lomba pengennya menang,kan? Saya juga gitu soalnya. Kalau kalah pasti ada perasaan kecewa di hati, tapi harus disadari bahwa mengikuti lomba memang ada yang menang dan kalah. Kalau grogi itu pasti, saya aja suka grogi kalau lihat saingannya. Nah apalagi murid, mewakili sekolah di ajang lomba olimpiade Sains Nasional. Selain untuk menunjukan sejauh mana pemahaman mereka dalam mapel IPA dan matematika, juga sebagai ajang pertaruhan kerja keras guru. Bisa dibayangkan gimana pusingnya dalam pendampingan sebelum lomba.

Peran Guru Sebagai Agent of Change





Anak-anak itu adalah spons paling ajaib yang Tuhan kirimkan untuk kita. mereka akan menyerap apasaja yang mereka lihat, dengar, bahkan mereka alami. Anak-anak itu selalu penuh dengan rasa ingin tau yang sangat tinggi, makanya gak jarang saya sangat kualahan dengan pertanyaan kritis dari mereka. Bahkan dari tontonan di televisi, mereka sering ikut menirukan adegan-adegan yang kurang pas untuk seusianya. Pacaran, sayang-sayangan, saling labrak, dan bahkan banyaknya berita mengenai kasus tentang kejahatan seks yang korbannya adalah anak-anak.

Bermain dengan Gaya

Sudah lelah dibilang guru dengan murid pasif bikin saya semakin terpacu untuk lebih semangat lagi. Seperti postingan saya sebelumnya ketika mereka dibilang anak pasif bikin saya baper dan mikir sampai pada akhirnya saya dengan persiapan sederhana aja sih bikin pembelajaran yang asyik. Asyik menurut saya lho ya. Di pertemuan sebelumnya saya sudah membagi anak-anak menjadi enam kelompok dengan masing-masing pentolan anak yang masuk kategori pandai.

Ketika Mereka Dibilang Anak Pasif

Mengajar di kelas empat itu sensasinya ada aja. Apalagi diawal semester satu kemarin kami sedang masa adaptasi. Karena sekolah kami di regruping maka dari itu semuanya harus mutasi dan tentunya ada pemerataan dalam pembagian jumlah siswa per kelas. Jika digabung dan satu rombel melebihi empat puluh anak, maka secara otomatis dibuat kelas paralel. Begitupun kelas empat B yang saya ampu sekarang ada dua puluh dua anak dan masuk dalam kategori campur-campur.

Polybag

Sebelum penerimaan rapor semester satu kemarin, bu kepala sekolah menyampaikan keinginan untuk membuat sekolah kami jadi asri dengan beraneka macam tanaman di taman. Atau lebih kecenya green school gitu deh. Nah dalam mewujudkan misi yang sekarang ini sudah mulai dilaksanakan, setelah pembagian rapor kemarin anak-anak gak langsung pulang. Mereka kerja bakti dulu dan menunggu pembagian polybag gratis dari sekolah.

Berkebun Itu Asyik

berbagi tugas
Jadi ceritanya bu guru lagi kena disminore, makanya agak lemes dan gak semangat. Daripada semakin gak jelas ngajarnya makanya pembelajaran saya alihkan ke yang lain. Tujuannya sih biar guru sama murid sama-sama gak jenuh aja di dalam kelas. Meskipun keriuhan kami tadi siang itu bikin kelas lain agak terganggu. Hahaha.. maafkan kami pasukan kelas 4B yak..

5 Aktifitas Menjelang Masuk Sekolah


Libur sekolah udah mau selesai nih. Duh rasanya masih males-malesan aja. Masih enak nonton kartun spesial tahun baru, masih asyik nikmatin bebasnya bermain sama temen-temen, masih dirumah nenek, atau masih asik sama kegiatan baru buat ngisi liburan? Ayo donk senin depan udah sekolah. Yeyelalalala bu guru juga siap-siap loh mau ngajar lagi.

Jujur Itu Mahal

Bener sih kalau ada istilah jujur itu mahal. Soalnya saya sendiri mengalami dimana saya kecolongan dengan murid saya. Jadi ceritanya mid semester kemarin saya masih cuti, anak-anak dalam pengawasan guru lain. Begitu masuk kerja saya mendapat laporan kalau si anak A pas mid semester dapat kunci jawaban. Karena saya sama sekali belum tahu kronologinya cukup saya menampung laporan dari guru tersebut. 

Bu Guruku Sudah Lulus

foto dari FB bu Ir
Kalau hujan gini suka bikin kenangan melayang-layang diotak yah. Apalah saya ini seorang emak melankolis yang demen banget buat mengingat-ingat kenangan. Tapi kalau mantan sih mending gak usah diinget kali ya, bikin KZL. Hahaha…. Gegara glenikan sama bapak sambil menikmati hujan yang cukup deras sore tadi, obrolan seru itu ngajakin buat kembali ke masa sekolah SD yang saya itu terkenal gembengnya. Duh…

Selamat Hari Guru Nasional

bu guru
Saya ingat dulu jaman kecil bapak beliin papan tulis kecil lengkap dengan kapur dan penghapusnya. Ibu beliin mainan huruf abjad yang saat itu sampai nangis-nangis ditempat gegara saya ngeyel minta buat dibeliin. Setiap malam sehabis solat magrib bapak siap dengan pentungan stik drum dan duduk bersila di depan papan tulis kecil itu. Sebuah kalimat “ini budi” ngehits sekali jaman kecil saya, dan itu berulang saya baca karena buku paket “Gemar Bahasa Indonesia” isinya ya soal si budi dankeluarganya. Belum lagi bapak mewajibkan saya untuk berdiri tegak menyanyikan lagu nasional dan harus diulangi kalau salah lirik. Peran ibu saat itu sebagai satpam televisi kali aja saya curi-curi kesempatan buat menyalakan TV pas ditinggal bapak sholat isya.

Jalan Sehat HUT PGRI ke 70

Jalan sehat dimulai
Dalam rangka hari ulang tahun PGRI yang ke 70 dan menyambut hari guru nasional nanti tanggal 25 November, kemarin hari sabtu diadakan yang namanya jalan sehat. Peserta yang mengikuti jalan sehat ini adalah seluruh guru dari PAUD –SMA ditambah instansi dinas pendidikan. Kebayang kan bagaimana ramainya alun-alun, udah kayak demo guru honorer kemarin itu deh. Karena ini semacam hajatan buat para guru jadinya sayang banget kalau dilewatkan. Secara kan hiburan tersendiri, karena untuk ada acara seperti ini juga jarang banget apalagi buat yang non PNS. Guru juga manusia jadi ada kalanya bosen dan hiburan bagi para guru ya acara diluar sekolah itu.

Cara Mudah Belajar Aksara Jawa

Tergelitik juga nih bahas tentang bahasa jawa. Secara bahasa ibu bagi orang bersuku jawa ini memang memiliki tingkat kesulitan yang lumayan tinggi. Jika emang ada pepatah "wong jowo ora njawani" aduhh jangan sampai deh. Paling tidak tahu dan paham unggah-ungguh orang jawa saya rasa udah bagus.

Bersiap UKG 2015

credit: google
Saat ini  guru di seluruh Indonesia lagi sibuk. Atau mungkin sebagian sudah melaksanakan program yang diadakan oleh pemerintah. UKG a.k.a Uji Kompetensi Guru yang kemunculannya mendatangkan pro kontra tersendiri bagi beberapa pihak. Lah, saya malah tahu kalau tahun ini ikut UKG dari teman guru. Maklum saat cuti saya benar-benar off soal kerjaan. Barulah ketika masuk sekolah saya mulai mempersiapkan untuk UKG. Sepemahaman saya UKG ini hanya diikuti oleh guru PNS, tetapi ternyata tidak. Bisa diikuti guru non PNS asal memiliki nomor NUPTK atau Peg ID. Tapi kenyataan di lapangan tidak semua yang memiliki Peg ID bisa ikut UKG. Mungkin ikut di UKG yang akan datang.

Tentang Jerawat dan Sex

gambar diambil disini
Saya terlibat dengan percakapan yang membuat grogi dan bingung untuk menjelaskannya kepada mereka. Berawal dari Amel yang terlihat ada jerawat 1 biji di pipinya. Bagi teman-temannya jerawatan identik dengan memikirkan pacar. Nah, ini percakapan siang itu di kelas disela pelajaran bahasa Indonesia. Nggak nyambung ya sama pelajarannya...hihihihi. Biarlah!
***

Si Unyil

tokoh tokoh si unyil
Minggu siang saya tengah menikmati sebuah acara menarik di stasiun televisi swasta. Rival judul acara itu dengan mengangkat tema Upin ipin vs Si unyil. Sebagaimana kita tau keduanya adalah program anak-anak yang sekarang ini tengah ngetop di Indonesia. Namun bedanya si Unyil ini sudah ada sejak tahun 1981 dan Upin Ipin ada sekitar tahun 2007.

Dulu jaman saya kecil setiap pulang sekolah ngaji, saya selalu nongkrong di depan TV. Nunggu acara si unyil yang tayang sekitar pukul 4 sore (kalau gak salah ingat). Si unyil ini menceritakan kehidupan anak di desa. Baik dari segi kulturnya, persahabatannya, kehidupan sosialnya, dan yang paling saya ingat semangat pantang menyerah yang dimiliki oleh si Unyil. Boneka kayu ini terdiri dari beberapa tokoh yaitu si unyil, meilani, pak Raden, pak Ogah, mbok bariah, dan Usrok. Kalau dibandingkan dengan tokoh-tokoh di serial Upin Ipin sepertinya hampir sama. Namun bedanya Si Unyil tampil dengan konsep boneka dan Upin Ipin tampil dengan efek 3D.


Dibalik kesuksesan Si Unyil sekarang ini, saya justru prihatin dengan keadaan anak-anak sekarang ini. Saya melihat sendiri keponakan saya cenderung menyukai serial selain Si Unyil.Padahal kita tau, tanpa jasa dari Drs. Suyadi karakter si Unyil itu tidak akan lahir. Krisis tayangan yang berunsur edukasi saat ini memang cukup memprihatinkan, bagi saya memang ada beberapa tayangan yang berunsur edukasi namun ini masih kalah ratting dengan tayangan yang lain. Nah, PR juga bagi kita bahwa kita harus bisa lebih mengawasi adek-adek kita atau anak-anak saat menonton televisi. Sebagai mana kita tau usia anak-anak adalah usia SPONS dimana mereka pasti akan menyerap apa yang dilihat dan didengar. Sungguh ironis anak sekarang cenderung menyukai film berunsur cinta cintaan dibanding menonton tayangan edukasi.


Disini saya tidak akan membandingkan Si Uyil Dengan Upin Ipin, tetapi dari kedua serial itu kita dapat menyerap sisi positif dari kedua karakter tersebut. Si Unyil yang pantang menyerah dan Upin Ipin yang anti dengan kekerasan. Sebuah penghargaan dan hormat saya bagi pembuat tokoh Si Unyil yaitu Drs. Suyadi. Tanpa beliau anak-anak mungkin tidak mengenal si unyil. Seorang yang berjasa itu sekarang tengah dalam kondisi memprihatinkan dimana beliau tak bisa menikmati kesuksesan si Unyil. Dari tangan beliau sebuah hal kecil membawa perubahan bagi anak Indonesia saat itu. Tapi???? mana sih penghargaan bagi beliau?? Kita tau sendiri kan sekarang anak-anak lebih menyukai hasil impor.he..he..he.. Padahal buatan anak negeri itu nggak kalah bagus.



So, sebuah langkah kecil dapat merubah keadaan menjadi lebih baik. I believe that. Seperti yang dilakukan Drs.Suyadi denganmelahirkan tokoh si Unyil. Dan animator dari Upin Ipin yang melahirkan dua anak botak dengan gaya yang anti kekerasan. Sebagai jiwa muda, maukah kita membawa perubahan bagi negeri ini? Simple sekali yang bisa kita lakukan, AWALI dengan MENGHARGAI karya orang dan BELAJAR menciptakan sebuah INOVASI. Tentu kita harus meniru si Unyil juga yah, Semangat Pantang Menyerah. 


Sedikit dari saya semoga bermanfaat :)
Salam



Rapor

bintang kelas *peringkat 1 sedang absen
Hari ini bagi saya luar biasa. Saya kembali membuktikan perkataan sahabat blogger saya yang kece om NH tentunya. Sama sekali gak ada yang meleset. Apa om NH ini berprofesi sampingan sebagai peramal yah??hihihi


Pagi tadi anak-anak sudah menerima hasil belajaranya dan mereka mulai senin akan menikmati liburan selama 3 minggu. Dengan didampingi orang tua masing-masing mereka menerima hasil keringat dan jerih payah mereka selama semester genap ini. Tidak lupa dari pihak sekolah memberikan sedikit tanda kasih untuk peringkat 1 sampai dengan 3. Alhamdulillah anak-anak naik kelas semua, meskipun ada satu dua anak yang naik dengan nilai pas.


Grogi, takut, deg-degan semuanya campur aduk menjadi satu. Ini kali pertama saya berhadapan dengan orang tua dan dituntut untuk mempertanggungjawabkan hasil setiap anak. Tentu saya mendapat complain dari orang tua murid diantaranya :

  1. Saya menerima masukan dari ibu si Arinta yang kebetulan menjadi juara 1 di kelas. Beliau menyampaikan apa yang dimau si anak “maaf bu, Arinta bilang sama saya kalau nanti kelas 3 maunya gurunya sama ibu. Katanya ibu selalu nemenin anak-anak di kelas, jarang ditinggal pergi, kalau ke kantor juga cuma waktu istirahat. Anak saya seneng bu malahan. Jadi mintanya nanti kelas 3 ibu lagi yang ngajar.” 
  2. Selain itu ada juga complain dari ibu si Galih yang kebetulan jadi juara 2 di kelas “ anak saya kalau dirumah gak mau belajar buk. Katanya belajarnya enak disekolah sama bu guru." 
  3. Masih ada lagi complain dari ibu si Adhit yang kebetulan meraih peringkat 6 “ anak saya hasilnya gimana bu, kalau dikelas nakal atau tidak? Soalnya dirumah kalau saya suruh belajar selalu bilang ah buk gampang pokoknya soal-soal ini. Bu guru sudah sering ngajari di kelas, tapi bu guru kadang galak.”


Ini hal baru bagi saya. Dan sampai saya buat postingan ini saya menerima sms dari orang tua murid les yang isinya mengucapkan terimakasih karena anaknya sudah dibantu belajarnya. Dan si anak berhasil menjadi bintang kelas. Dan siang sepulang dari sekolah saya mendapat telefon dari orang tua murid les juga intinya sama mengucapkan terimakasih meskipun hasil si anak ada sedikit penurunan. Sekalipun hanya ucapan terimakasih namun saya merasa ini adalah hal yang tidak bisa di beli. Bahagianya menjadi seorang guru ya ini nduk, disaat mereka mengucapkan terimakasih sama kamu (bapak:red)


See om Nh. Hari ini aku membuktikan perkataan om, dan ini sama sekali tidak ada yang meleset. Sungguh menjadi seorang guru itu sesuatu yang sangat luar biasa. Apa yang akan terjadi esok hari? Tunggu ceritaku selanjutnya ya om. he..he...he..


Nah, bagaimana dengan teman-teman blogger, apakah kepuasan itu hanya bisa didapat dari hal yang hanya berbau materi? Hari ini saya membuktikan sendiri, ternyata TIDAK!! Saya membuktikan bahwa INI LHO INDAHNYA BERBAGI dan MELAYANI.

Belajar Secara Nyata

Melihat dan memperhatikan usia dan tahapan perkembangan anak tentunya sangatlah dibutuhkan bagi seorang pengajar. Seperti yang sahabat blogger saya bilang “anak-anak itu memang seperti spons, apalagi anak kelas 2. Mereka akan menyerap sebanyak-banyaknya dari apa yang kita ajarkan”. Secara tidak langsung kita sebagai guru adalah role mode bagi anak-anak.
 
Hal ini saya jumpai sendiri disaat saya mengajarkan konsep operasi bilangan yaitu perkalian dan pembagian. Begitu saya menerangkan anaka-anak terlihat memahami materi perkalian saat itu. Namun ketika saya uji dengan sebuah soal yang ada hasil dari 2 x 1 = 3 bukan 2 x 1 = 2. Saya memaklumi itu karena saya rasa bahasa saya terlalu sulit dipahami mereka. Sayapun teringat pesan dosen saya Pak Yustinus masternya matematika. Beliau pernah berpesan “ anak-anak itu berpemikiran konkret, artinya mereka membutuhkan bendanya langsung atau bantuan berupa gambar. Kalau kalian mengajar hanya dengan tulisan atau omongan saja pasti  akan lebih mudah  lupa”. Akhirnya saya siasati untuk mengajarkan ulang konsep perkalian itu. Saya meminta salah satu anak yang bernama Galih untuk maju ke depan kelas. Teman-teman yang lain saya suruh untuk memperhatikan setiap anggota tubuh Galih. Disini saya menekankan pembelajaran tematik dengan tema anggota tubuhku. Saya meminta anak untuk menyebutkan ada berapa mata Galih, hidung, mulut, telinga, tangan,dan seterusnya. Kemudian saya meminta Arinta untuk menemani Galih maju ke depan kelas. Pertanyaan saya rubah “ada berapa mata mereka?” riuh mereka menjawab “empat, bu guru” dan sayapun kembali menanyakan “darimanakah empat itu, anak-anak?” salah seorang dari mereka menjawab “matanya arinta ada 2 dan matanya Galih ada 2. Jadi semua ada 4”. 
Nah, dari anggota tubuh galih dan Arinta itulah saya menekankan konsep perkalian yaitu penjumlahan bilangan secara berulang. Jadi jika 2 x 1 = 2 maka mereka mengerti karena saat itu Galih sedang berdiri sendiri jadi dengan melihat jumlah mata Galih. Dan jika 2 x 2 = 4 maka anak akan mendapatkan konsep dari jumlah mata Galih ditambah jumlah mata Arinta. Jadi 2 x 2 = 2 + 2 = 4.

 
 Pernah saya menemukan seorang anak yang bernama Tama belajar mengerjakan pembagian. Dia membuat garis-garis yang dia sebut jiting (lidi). Begitu saya tanya “dari mana kamu dapat cara itu nak?” dan dia menjawab “ibu ngajari saya dirumah pake jiting bu, terus kalau di sekolah saya disuruh gambar jiting itu. Biar hitungnya nanti gampang”. Super sekali dan sayapun menularkan ilmu anak itu kebetulan waktu kecil bapak mengajarkan saya juga sama dengan cara ibu Tama. Alhasil sampai kemarin pelaksanaan UKK mapel Matematika anak-anak dikelas menerapkan cara jiting itu. 
cara jiting ala Tama
 Sedikit dari saya bahwa pertama yang harus kita ajarkan kepada anak adalah dengan memberikan gambaran nyata dari konsep yang akan diajarkan. Menerapkan Teori Bruner dalam konsep pembelajaran matematika adalah anak itu memiliki 3 tahapan yaitu Tahap Enaktif dalam tahapan ini anak akan mengotak atik objek dan anak akan mengasah keaktifannya dalam mengenali objek. Tahap Ikonik dimana suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif dan Tahap Simbolik dimana anak sudah memaipulasi dari objek yang mereka serap dalam dua tahapan sebelumnya.

Semoga artikel tanggapan ini bermanfaat bagi sahabat semuanya.

Artikel  ini untuk menanggapi artikel BlogCamp berjudul "Cara Mengajar dan Melatih Yang Membumi" tanggal 14 Juni 2012

Salam  -Si Guru Kecil-